Kemarin udah upload dan dicantumin sumbernya juga.
Sekarang aku pengen mengutarakan keresahan yang aku alami. Jadi gini, saat ini
aku tinggal di bandung, dan Alhamdulillah disana udah lumayan banyak akhwat
yang mengerti soal menutup aurat, dan bahkan banyak yang pake cadar juga.
Sebelum mulai, mungkin aku akan intro sedikit.
Mungkin kita sepakat, bahwa banyak perempuan-perempuan nggak berhijab yang ada
di social media itu banyak pasang foto-foto endorse, iklan, selfie cantik,
melakukan streaming saat mengerjakan sesuatu, dll. Nah, gimana pendapat
temen-temen (yang terbiasa melakukan sunnah) mengenai hal itu? Mungkin itu
adalah salah satu hal yang mubazir bukan? Mulai dari ngeliat wanita bukan
mahrom, mungkin bisa bikin mata ada percikan-percikan dosa disana. Dan mungkin
kita sepakat soal itu.
Nah, yang aku resahkan itu gimana soal akhwat yang
hijabnya syar’i mungkin ada yang pake khimar tapi seperti itu juga? Pajang foto
di social media. Jujur, awalnya aku biasa aja, liat likers-nya sampe ribuan
biasa aja mungkin maklum kalo diliat orang itu cantik dan menarik perhatian
(karena orang yang pake khimar atau berhijab syar’i dan fotonya bagus biasanya
nggak banyak). Tapi yang aku sedih pas liat komentarnya ya Allah, pas aku liat
ada sekitar seribuan lebih komen, dan pas di scroll keatas, banyak isinya
pertanyaan-pertanyaan sekitar khimar atau hijab, trus ada juga pujian-pujian,
that’s okay laah, tapi ada beberapa komentar yang agak bikin heran, misalnya
ada cowo yang komentar “bidadari surga kaya gini nyarinya dimana ya?” “serasa
udah di khayangan” “cantik banget ukhti, semoga bisa ketemu yaa” dan lain-lain
yang intinya berisi gombalan alay dan biasanya komentar itu ditulis oleh cowok-cowok gatel yang mungkin emang
nakal ajaa suka komen di akun akhwat-akhwat berhijab. Dan pas lagi aku liat ke
profil si akhwatnya ada tulisan “komentar negatif? BLOCK!” nahloh.
Kenapa bikin aku resah? Oke jadi gini, karena dari
keadaan seperti itu ada beberapa hal yang menurut aku bisa terjadi kesalahan
(mungkin karena aku termasuk orang yang suka memperhatikan hal-hal yang nggak
penting kali yaa?) pertama, aku nggak bisa sepenuhnya nyalahin si cowok yang
komentar “nakal”, yaa namanya juga cowo kalo liat cewe cakep dikit mau pake
hijab atau nggak langsung disikat, makanya cewek suka bilang cowok itu mata
keranjang, matanya jelalatan, dll laah kalo gaada yang bikin menarik mah
gabakal diliat atuh neng (soalnya aku cowok, dan aku normal, maaf). Kedua, aku
juga nggak mau sepenuhnya nyalahin si akhwat yang langsung ngeblock komentar
negative kaya tadi, mungkin itu salah satu cara yang ampuh untuk dia melindungi
diri dari hal-hal seperti itu. Nah, yang aku nggak habis pikir berapa banyak
akun yang diblock sama si akhwat itu? Ratusan kah? Ribuan kah? Kita gapernah
tau kayaknya.
Dan sekarang aku mau nanya untuk “semua akhwat
berhijab yang followersnya banyaknya minta ampun, yang akunnya nggak di lock
sehingga setiap orang bisa ngeliat, dan yang merasa hijabnya sudah syar’i dan
mengikuti sunnah” mungkin aku gaada wewenang untuk berkata seperti ini karena
setiap orang memiliki alesan tersendiri untuk melakukan itu. Pertanyaannya
adalah “apa tujuan kalian melakukan hal itu?” oke, akan aku breakdown sedikit
soal jawaban yang mungkin mayoritas dari temen-temen melakukan itu, dan aku
pengen ngasih pendapat juga soal jawaban temen-temen yang menjawab karena
sesungguhnya ketika kita mengkritik sesuatu maka harus disertai dengan solusi.
1. Untuk
endorse produk: nah ini mayoritas yang akhwat-akhwat itu lakukan, untuk endorse
produk. Tapi kalo temen-temen baca lagi di buku-buku, majalah-majalah atau
tabloid yang diterbitkan oleh suatu agensi yang menjunjung tinggi sunnah *oke
ribet bacanya, boleh diulang* iklan di majalah juga ada keleus, tapi bedanya di
iklan itu wajahnya diblur-in, supaya nggak keliatan. Tetep endorse? Iya emang,
tapi mengurangi syubhat. Dan gimana kalo di jejaring social berbasis foto kaya
instagram? Bisa diblur juga kan? :p wkwk tapi kalo gamauuu, misalnya
temen-temen endorse sarung tangan atau kaos kaki, yang difoto mungkin cukup
sarung tangan atau kaos kakinya aja, tapi kalo hijab atau pakaian luar seperti
gamis misalnya, mungkin bisa foto agak jauh sehingga wajahnya nggak terlalu
jadi perhatian.
2. Untuk
berbagi momen: kalo yang ini, emang temen-temen aja yang kebelet selfie wkwk
(maklum perempuan) tapii, mungkin bisa dikurangi untuk hal dalam
meng-upload-nya, atau mungkin bisa dihapus lagi setelah itu, sebelum ada yang
komentar “nakal” lagi.
3. Sebagai
public figure atau contoh: kalo yang ini biasanya pengen nunjukin bahwa hijab
syar’i itu bisa modern, nggak kampungan dan ketinggalan jaman. Mungkin
temen-temen bisa menjadi model islami disini tapi jangan sampe salah kaprah,
justru jangan sampai yang diperlihatkan temen-temen akhwat adalah “kecantikan wanita berhijab” bukannya “cara
yang benar dalam menggunakan hijab”. Mungkin karena itulah bisa muncul istilah
jilboobs, yang kita ga ngerti darimana asalnya.
4. Syiar
islam: ini yang suka dijadiin alesan dasar para akhwat yang suka foto syar’i di
social media, sebenernya menurut aku syiar wanita dalam islam itu nggak seluas
syiar para laki-laki, jadi mungkin ketika ingin syiar melalui jejaring social berbasis
foto ada kalanya emang diniatkan untuk syiar. Misalnya ingin buat caption yang
panjang soal berbakti kepada orangtua, silahkan fotonya ketika memeluk orangtua
misalnya. Ketika captionnya buat berbakti kepada suami, silahkan fotonya ketika
mencium tangan suami, misalnya. Sehingga emang bisa dijadikan syiar kepada
followers temen-temen yang insha Allah mengurangi komentar negatif.
Nah oke, paling Cuma segitu aja dulu. Dan kalo
misalnya temen-temen akhwat mau syi'ar dengan cara berkarya mungkin bisa mencontoh dari ibu Helvy
Tiana Rosa, beliau adalah salah satu orang yang aku respect banget soal dakwahnya,
atau mungkin bisa ngefollow akun @hijabographic yang menggunakan metode lain
dalam syiar ala wanita, atau mungkin cara terakhir bisa seperti istrinya Alvin yang
nge-lock instagramnya dan hanya memperbolehkan followers wanita untuk ngefollow.
Yaah, pokoknya seperti itulah dunia ini, terkadang kita udah ngerasa paling
bener, tapi tetep aja ada haters dan emang Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam pun dulu begitu, banyak banget
hatersnya. Tapi namanya juga dakwah ya kan? Walaupun bumi pecah pun kita harus
tetep berjuang. Dan pesan aku untuk semua akhwat yang ada di social media
apapun “Jauhi fitnah” karena itu bisa membuat derajat temen-temen menjadi
buruk, bahkan ketika Aisya radhiallahu’
an’hu difitnah oleh beberapa sahabat, Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam pun enggan untuk berbicara kepadanya
sampai Allah subhanahu wata’ala
menurunkan wahyu yang menjelaskan kebenarannya, allahu a’alam bisshowab.
No offense guys ;)
Comments
Post a Comment